Bodas Novel Bagian 8 : Anak Berbaju Merah

Bodas Novel Bagian 8 : Anak Berbaju Merah

Bodas Novel Bagian 8 : Anak Berbaju Merah

 
Aku ingin hidup bersamamu
Di suatu kota kecil
Di sebuah senja abadi
Bermain, tertawa, dan menangis bersama

Tidak berpisah lagi.

Bodas Novel Bagian 8 : Anak Berbaju Merah
Bodas Novel Bagian 8 : Anak Berbaju Merah

 

 Siapapun dengan sedikit imajinasi, pasti percaya bahwa semua yang mengelilinginya, bahkan tempat tinggalnya pun berhantu. Sebuah rumah antik peninggalan zaman Belanda masih berdiri megah di Jalan Wan Sagaf. Rumah yang terdapat pohon kapuk di halaman depan. 

 
   Rumah yang terdapat sumur tua di halaman belakang. Rumah yang sudah lama tidak ditempati manusia, dan di cap angker. Kini terdapat sepasang suami istri muda dengan bayi mungil bernama Bodas.
 
    Seperti biasa Billy menghiraukan pertengkaran suami istri, yang terjadi hampir setiap hari di rumahnya. Dengan menembus pintu, ia masuk ke sebuah kamar berwarna merah jambu. Billy lebih senang bermain dengan bayi kecil yang baru pandai tengkurap di dalam boks berwarna putih, yang ada di kamar merah jambu.
 
  Sang bayi tersenyum, kedua mata beningnya berbinar melihat kehadiran Billy, tangannya mengarah kepada Billy sebagai kode untuk minta gendong.
 
      “Aku tidak bisa menggendongmu Bodas. Kita main cilukba saja ya.” Billy berkata lembut pada bayi mungil itu.
 
    Sang bayi tertawa melihat Billy mengajaknya bermain cilukba. Billy menghilang dan muncul, menghilang lagi, dan muncul di sisi boks bagian kanan, menghilang lagi dan muncul di sisi boks bagian kiri.
 
   Bayi tersebut tertawa setiap Billy muncul di kanan dan kiri boksnya. Permainan tersebut berhenti ketika ibu sang bayi masuk ke kamar dan menggendongnya. Karena Bodas adalah satu-satunya anak yang bisa melihat dirinya setelah puluhan tahun gentayangan. 

  Billy merasa memiliki teman, dan tidak lagi kesepian. Ia menyentuh Bodas, dilihatnya ekspresi Bodas seperti terganggu akibat tangan dingin Billy. Perlahan Billy memanggil nama Tuhan. Ia bersumpah kepada-Nya, ia akan melindungi bocah ini, mengajarinya, dan mengasuhnya.

       “Bodas kita ke rumah Nenek ya, Sayang. Ibu mau keliling jualan dulu,” kata ibu si bayi.

    Billy kehilangan teman bermain apabila Bodas dibawa ibunya ke rumah Nenek. Rumah antik yang besar di mana Billy tinggal menjadi sepi. Billy hanya bisa menunggu Bodas pulang, sekalipun Billy ingin ikut ke rumah Nenek Bodas. Tetapi malaikat penjaga rumah Nenek Bodas tidak mengijinkan Billy masuk.

⧫⧫⧫

    Laki-laki ini pulang dalam keadaan mabuk. Tubuhnya berjalan sempoyongan menuju kamar tidur. Billy memandang dengan wajah tak suka, akan kehadiran ayah Bodas tengah malam. Ia ingin ayah Bodas menghilang saja.
      Pasangan muda ini menyewa rumah yang di tinggali Billy dengan harga murah. Mereka sama sekali tidak menyadari keberadaan Billy. Sayangnya tabiat sang suami kepada istrinya tidak baik. Suaminya mudah marah dan ringan tangan memukuli istri. Billy pernah melihat sang suami menendang perut istrinya, yang tengah hamil lima bulan. Sontak hal tersebut membuat istri kejang-kejang dan di larikan ke rumah sakit.

     Untungnya janin dan ibunya masih selamat karena cepat ditangani dokter. Tetapi pada usia tujuh bulan, janin tersebut terpaksa dikeluarkan karena sudah tidak ada pergerakan dan detak jantung.

   Sebenarnya, tiap kali ada kekerasan dalam rumah tangga Billy terbang cepat ke rumah orangtua sang istri yang berada di sebrang jalan. Malaikat penjaga rumah tentu menghadang Billy untuk masuk. Billy dianggap malaikat penjaga rumah sebagai arwah nakal, yang dapat merusak atmosfer karena keberadaanya.

   Kebingungan Billy membuatnya kerap menggangu orang yang melintas di jalan, agar berhenti dan masuk ke rumah suami istri itu. Tentu saja upayanya sia-sia. Billy berharap, seandainya saja ia mempunyai kemampuan lebih untuk menolong wanita itu, pasti wanita itu tidak akan kehilangan bayinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *