Kenapa Saya Harus Menulis, Sebuah Ikrar Untuk Terus Menulis

Kenapa Saya Harus Menulis, Sebuah Ikrar Untuk Terus Menulis

Kenapa Saya Harus Menulis, Sebuah Ikrar Untuk Terus Menulis –  Sewaktu kecil, sebelum mengetahui bahwa membaca adalah perintah Tuhan yang pertama untuk manusia, sebelum mengetahui bahwa menulis juga merupakan perintah Tuhan, sebelum mengetahui makna hakikat berdo’a, bahkan sebelum mengetahui bagaimana cara berkomunikasi atau berinteraksi dengan Tuhan untuk meminta, mengadu, sampai bercerita tentang apa yang saya lalui. Buku, kertas dan pensil bagi saya merupakan alat-alat yang menyelamatkan jiwa saya dari keterpurukan akibat tidak memiliki ayah dan kasih sayang seorang ibu. Bukan bearti saya anak yatim piatu yang orangtuanya sudah meninggal, tetapi sesuatu akan cepat mati membusuk apabila diabaikan. Bahkan dibenci masih lebih baik daripada diabaikan. 

 

Kenapa Saya Harus Menulis, Sebuah Ikrar Untuk Terus Menulis
Kenapa Saya Harus Menulis – Sang Maya

 

     Ayah meninggalkan saya dan ibu sajak saya berusia belasan bulan, dan mengabaikan saya sampai saat ini. Sedangkan ibu, bagi saya bentuk kasih sayangnya cukup aneh sehingga sampai saat ini juga masih belum bisa memberikan jawaban kepada saya kenapa saya dipilih untuk dilahirkan olehnya.
 
       Membaca dapat membuat saya lupa akan sebuah penderitaan untuk sesaat, bahkan membaca buku yang tepat dapat menghilangkan luka yang tidak mengeluarkan darah, luka yang berada dalam diri saya. Sedangkan menulis, entah bagaimana saya sangat menyukai perasaan lega ketika selesai menungkapkan semua yang saya rasakan baik itu  kejadian sehari-hari, senang, sedih, marah, kecewa bahkan hanya sekedar coretan acak yang menyobek kertas putih saat itu. Dibanding menyakiti diri saya dengan tusukan jarum atau  membenturkan kepala saya ke dinding. Waktu kecil saat masih duduk di Sekolah Dasar ada berbagai kejadian yang membuat saya frustasi sehingga sudah mempunyai pikiran untuk mati saja.
 
     Diary sampai saat ini masih menjadi teman yang terbaik untuk jiwa. sekalipun saat ini saya sudah memiliki beberapa sahabat manusia dan memiliki pasangan hidup, dan memiliki sebuah jiwa yang sudah tujuh bulan ini hidup dalam diri saya. 
 
      Hanya saja diary saat ini sudah berupa tulisan elektronik, di laptop. Diary berbentuk buku yang terakhir saat saya lulus dari Pondok Pesantren di Jawa Barat. 

 

MENULIS ADALAH CINTA

 

Baca Juga:  Apa Bagusnya Sih Jadi Blogger?
      Karena sejak kecil senang membaca, sayapun akhirnya pandai mengarang sebuah cerita, saya masih ingat pujian dari teman-teman dan guru SD saya betapa bagusnya karangan saya. Saya masih ingat ekspresi teman saya yang heran bercampur takjub ketika membaca karangan saya. Hal inilah yang membuat saya memiliki cita-cita untuk menjadi penulis dan termotivasi menulis buku cerita. 
 
       Akhirnya menulis bagi saya adalah cinta. Bodas merupakan buku novel pertama yang saya terbitkan secara indi tahun lalu, di susul buku kedua saya berjudul One Shoot yang merupakan antologi cerpen terbitan Perpustakaan Daerah Kalimantan Barat.
 
    Tahun ini, jujur saja banyak naskah dan buku yang saya terbengkalaikan, biasanya tiap minggu dapat membaca satu buku, entah kenapa semenjak hamil saya menjadi super moodyan untuk membaca buku, sehingga untuk satu buku yang tebalnya 300 halaman saja bisa menghabiskan waktu sebulan. Kecuali novel ringan seperti Dilan yang selesai dalam tiga hari:D

      Begitu juga dengan menulis, saya tidak tahan berada di depan laptop lebih dari setengah jam, dan melakukan berbagai riset tulisan untuk artikel blog sehingga banyak yang hanya sekedar menjadi draft saja. Bahkan sekedar berpikir dan menuangkan kata-kata yang terdapat di pikiran saya saja malasnya ampun-ampunan.
 

One thought on “Kenapa Saya Harus Menulis, Sebuah Ikrar Untuk Terus Menulis

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *